Selasa, 15 November 2016

Meraup Milyaran Rupiah dari Bisnis Minyak Atsiri


Posting: Jumat, 17 Oktober 2014 - Hit 29246 - Kontributor: 
Di usianya yang baru 23 tahun, mahasiswa sebuah universitas negeri di Yogjakarta ini kini sudah menjadi pengusaha sukses beromzet miliiaran rupiah. Namun untuk mendapatkan semua itu memerlukan perjuangan penuh liku. Berikut wawancara NOVA dengan pemuda asal Desa Ngargosari, Kec. Sukorejo, Kab. Kendal (Jateng).

Omzet usaha minyak asiri milik Anda kini mencapai Rp2 miliar per tahun. Kok, bisa di usia relatif muda sudah memiliki usaha sebesar ini ?

Usaha ini tak serta merta besar, tapi memerlukan perjuangan panjang yang penuh liku. Semua ini saya bangun dengan tenaga dan kesungguhan. Salah satu yang mendorong saya berusaha keras adalaha latar belakang saya yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di desa.

Saya lahir dan besar di Desa Ngargosari, Sukorejo, Kec. Kendal (Jateng), sebuah desa dengan ekonomi dan latar belakang pendidikan masyarakat yang rendah. Rata-rata pekerjaan masyarakat di desa hanya buruh tani. Selepas SMA, saya gembira karena keinginan saya melanjutkan kuliah tercapai setelah pihak kabupaten berjanji memberikan beasiswa setelah saya diterima di Teknik Industri Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama, karena sebuah kesalahan, pemda setempat membatalkan program beasiswa itu.

Lalu?

Oleh karena sudah di terima di UIN, ya, mau tak mau saya lanjutkan saja. Persoalannya, karena saya tak punya biaya cukup, terpaksa untuk membayar uang masuk universitas sebesar Rp1,4 juta bapak saya di kampung jual kambing peliharaan yang laku Rp1,6 juta. Sisanya, untuk tambah-tambah biaya hidup.

Pada semester pertama kuliah, supaya irit biaya, saya tidak kos tapi menumpang tidur di masjid, tapi tak lama kemudian ada orang yang mau membantu agar saya tinggal di kontrakannya.

Menginjak semester dua, saya memutuskan hidup mandiri dan tidak lagi minta bantuan orangtua (Khafidz adalah anak ke-3 dari empat bersaudara pasangan Mistam (55) dan Surya (55), pasangan buruh tani, Red. ). Lantaran tak ada lagi kiriman uang dari kampung, di sela-sela kuliah saya kerja serabutan. Dari membantu anak-anak kos angkat galon air mineral, angkut-angkut barang yang pindah kos, sampai pernah jualan burung yang saya dapat dari desa. Pokoknya apa saja, yang penting ada pemasukan. Di tengah kesulitan itu, lalu muncul ide.

Apa itu?

Saya coba membuka warung akringan di kawasan kampus UGM. Dengan modal uang Rp500 ribu pinjaman dari teman, saya sewa gerobak sehari Rp3 ribu, dan sisanya saya belanjakan bahan-bahan. Jadi, aktivitas saya dari pagi sampai siang adalah kuliah, kemudian sepulang kuliah saya pergi ke pasar untuk kulakan bahan. Dan mulai jam 17.00 saya buka angkringan sampai dini hari, begitu seterusnya. Pokoknya sehari semalam saya maksimal hanya bisa tidur 3 jam saja.

Sementara tugas kuliah saya kerjakan di warung angkringan. Meski penghasilan tidak banyak, tapi cukup untuk bayar kos, cicilan modal awal, uang kuliah, beli buku, hingga akhirnya saya bisa membeli gerobak itu. Namun ada satu hal yang sangat berharga ketika memiliki usaha angkringan ini. Di sana saya mendapat ilmu wirausaha dari para pembeli dengan latar belakang pendidikan yang bervairiasi.

Sampai kapan punya usaha angkringan ?

Tahun 2009 saya tutup sementara karena saya dapat tugas praktik lapangan di sebuah perusahaan di Jakarta selama dua bulan. Tapi apesnya, sepulang dari Jakarta, gerobak saya hilang dicuri orang. Lantaran tak punya pekerjaan lain, saya melamar kerja ke bebarapa lembaga survei.

Lantas, bagaimana sampai bisa memiliki usaha minyak asiri?

Sebenarnya itu ide yang datang secara spontan. Di tahun 2009, saat pulang dari Jogja menuju Kendal, di sepanjang perjalanan saya melihat daun-daun cengkih kering, rontok, berserakan di bawah pohon. Dari pemandangan itu lalu terlintas di pikiran saya, andai daun cengkih itu diolah dengan baik dan ditunjang ilmu marketing yang profesional, pasti akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di kawasan desa saya, pengolahan minyak asiri memang sudah ada di mana-mana, tapi karena tak dikelola secara baik, jadi hasilnya tak berkembang baik. Masyarakatnya tetap miskin.
khafidz prestasi

Dalam suatu kesempatan, Khafidz pernah mraih penghargaan sebagai salah satu pengusaha muda berprestasi. (Foto: Dok pri)

Anda langsung mencoba?

Tidak. Saya melakukan riset kecil-kecilan dulu selama setahun. Saya cari bahan di internet serta mengambil data dari beberapa kementerian untuk membuat business plan . Di antaranya data tentang perusahaan apa saja yang membutuhkan minyak asiri, berapa jumlahnya, berapa harga jualnya, dan sebagainya. Pokoknya semua saya petakan dulu.

Lalu?

Dari hasil riset itu, untuk membuat usaha minyak asiri minimal dibutuhkan dana awal Rp80 juta. Uang itu untuk membuat drum penyulingan, pemanas, dan lain-lain. Itu biaya paling murah dan alatnya dirancang sendiri tanpa bantuan orang lain, keculi tukang lasnya. Kalau pesan alat khusus, tentu harganya jauh lebih mahal.

Setelah tahu biaya yang dibutuhkan tadi, saya masukkan proposal ke orang-orang yang kira-kira berminat dengan sistem bagi hasil. Tapi dari 10 orang yang saya temui, tak satupun ada yang mau menanamkan modalnya. Untungnya, orang ke-11 yang saya temui berminat membiayai rencana kerja saya itu.

Akhirnya?

Tanpa menunggu waktu, setelah dana turun, semua rencana kerja itu saya laksanakan dengan baik. Semua tahapan bejana penyuligan saya buat sedemikian rupa sehingga akhirnya jadi dengan baik.

Sepertinya tak mengalami kesulitan saat merancang mesin penyulingan, ya? Padahal itu pengalaman pertama Anda?

Benar. Tapi pada dasarnya tidak terlalu sulit, kok, sebab di desa kami penyulingan seperti ini sudah banyak. Jadi saya bisa mencontoh dari milik mereka. Tapi tetap saya sempurnakan dengan tambahan pengetahuan yang saya dapat dari internet. Yang membuat saya gembira, berdirinya usaha yang saya namakan PT Kendal Agro Atsiri ini ternyata bisa memberi manfaat bagi masyarakat desa, terutama kaum wanitanya.

Ibu-ibu yang sudah berumur yang biasannya tak punya pekerjaan atau paling jadi buruh tani, saya rekrut untuk memunguti daun cengkih yang berserekan, lalu dijual ke tempat saya. Daun cengkih kering itu per kilonya saya beli dengan harga Rp1.000. Usaha saya pun berjalan lancar dan hanya butuh waktu setahun saja modal kami sudah kembali. Secara kebetulan, pemodal saya mengundurkan diri dan menarik semua uang yang pernah disetorkan, sehingga modal usaha yang ada di perusahaan mutlak milik saya. Bahkan saat ini saya sudah punya empat mesin penyulingan.

Seperti apa proses pembuatan minyak asiri?

Sederhana, kok. Daun cengkih atau nilam yang kering dimasukkan ke dalam sebuah bejana, kemudian didestilasi bersama zat pelarut untuk diambil minyaknya. Selanjutnya minyak disuling untuk mendapatkan minyak asirinya.

Apakah ada hambatan sejak mengawali usaha?

Jujur saja, usaha ini memang terbilang lancar, sebab sudah saya rencanakan sebaik mungkin. Tapi perlu diketahui, selama proses membangun usaha ini perasaan saya cukup tegang juga. Ha ha ha...

Kenapa?

Soalnya saya ingin berusaha sebaik mungkin supaya tidak gagal. Sebab dari awal, sebenarnya bapak saya sudah mengingatkan, apakah saya sudah tepat memilih usaha ini. Selama ini, kan, semua pengusaha minyak asiri di kampung hidupnya, ya, begitu-begitu saja. Masak saya mau menyusul seperti yang lain? Sementara secara pengetahuan saya memiliki kelebihan dibanding yang lain.

Bagaimana cara mendapatkan penghasilan lebih dari produsen minyak asiri lainnya?

Caranya sebenarnya mudah. Pertama, jangan menjual minyak asiri dalam jumlah kecil, tapi harus sekaligus besar. Kedua, memasarkannya jangan kepada tengkulak, tapi harus langsung ke perusahaan-perusahaan besar yang menjadikan minyak asiri sebagai bahan utama. Seperti yang kita ketahui, minyak asiri atau essential oil yaitu minyak yang diambil dari sari tumbuhan. Minyak asiri banyak digunakan untuk bahan kosmetik, obat-obatan, dan parfum.
khafidz essential oil in the wprld

Khafidz memiliki impian, suatu saat nanti kendal dikenal sebagai pusat essential oil in the world. (Foto: Dok Pri)

Pengelolaan usaha ini dikerjakan sendiri atau sudah dibantu orang lain?

Sejak awal saya melibatkan diri secara total. Kendati saya memiliki karyawan tetap sebanyak 15 orang dan 400 orang tenaga lepas, tapi saya ikut mengerjakan semuannya. Dari menyapu pabrik, menyopiri truk, sampai tugas yang lainnya juga sudah saya jajal semua. Dengan begitu saya jadi tahu kesulitan tiap karyawan.

 (Ketika menjemput NOVA di terminal Sukorejo, Khafidz menegndarai truk dengan mengenakan kaos dan topi, layaknya seorang pekerja perkebunan. namun di bangku sopir tampak tas kuliah dan sepatu yang biasa dikenakannya ke kampus. )

Kabarnya, minyak asiri Anda sudah sampai ke benua Eropa, ya?

Jadi, saya pernah mendapat kesempatan ikut short course manajemen binis lewat online pada sebuah lembaga yang berpusat di Kanada. Sambil belajar dari dunia maya itu, saya jadi kenal dengan teman-teman sesama peserta yang ada di berbagai belahan dunia lain. Sambil belajar lalu saya tawarkan minyak asiri produk saya itu ke mereka. Alhamdulillah mereka mau membantu menawarkannya juga ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana.

Syukurlah, akhirnya ada perusahaan kosmetik dari Jerman dan Swiss yang berminat memesan. Begitu perusahaan tadi tertarik, lalu saya mengirim sampel minyak asiri dalam botol. Oleh karena ini perusahaan asing, sehingga menyesuaikan standarnya juga tidak mudah. Setelah menerima sampel yang saya kirim, mereka lalu melakukan pengujian.

Setelah lolos uji, perusahaan itu barulah melakukan pemesanan dua ton minyak asiri per bulan kepada saya. Tak hanya memesan, tapi orang dari Swiss itu sempat datang juga mengunjungi tempat usaha saya di desa. Namun untuk sementara ini ekspor untuk Eropa saya stop.

Lho, kenapa ?

Saya sengaja menghentikan sementara, karena dengan empat mesin yang saya miliki sekarang ini tidak akan bisa memenuhi permintaan dari Eropa yang maunya dalam sebulan mencapai 10 ton. Dari pada dalam perjalanan waktu saya tidak bisa memenuhi permintaan dan membuat nama saya jadi jelek, lebih baik saya hentikan dulu.

Tapi ini hanya sementara saja, dalam tahun ini saya akan menggenapi jadi 10 mesin sehingga permintaan dari luar negeri bisa terpenuhi lagi.

Sebenarnya apa saja yang bisa dijadikan minyak asiri?

Sebenarnya semua tanaman bisa dijadikan minyak asiri. Cuma sekarang ini yang sudah diketahui manfaatnya adalah minyak asiri dari daun cengkih, nilam, mawar, melati, dan sebagainya. Saat ini harga minyak asiri dari daun cengkih Rp100 ribu per kg, nilam mencapai Rp400 ribu per kg, sementara dari kulit pala berharga Rp600 ribu per kg.

Bahkan asiri dari mawar bisa mencapai ratusan juta rupiah. Untuk saat ini omzet per tahun perushaan saya mencapai Rp2 miliar, tapi akhir tahun ini saya sudah punya target Rp2 miliar per bulan. Untuk sementara ini saya fokus pada asiri dari daun cengkih dan nilam, yang di daerah sini bahan dasarnya memungkinkan untuk bisa didapat lebih banyak. Tapi ke depan, tak menutup kemungkinan saya buat dari dari bahan lain.

Apa keinginan Anda selanjutnya?

Saya ingin terus mengembangkan usaha ini sampai besar, sehingga bisa mengangkat derajat ekonomi masyarakat desa saya. Oleh karena itu sekarang saya sudah mulai membuat rumah baca yang akan saya penuhi dengan buku-buku untuk memberi wadah anak-anak desa menimpa ilmu pengetehuan.

Keinginan besar lainnya, saya ingin Kendal dikenal sebagai ksentra kawasan essential oil in the world dan saya yakin itu bisa, sebab secara bahan dasar sampai sumber daya manusianya di sini sangat memenuhi.

Omong-omong, kapan lulus kuliah?

Insya Allah tahun 2013 ini sudah lulus. Sekarang saya sedang menyelesaikan skripsi.

Apa tips sukses Anda?

Pertama, memang harus gigih, punya semangat tinggi. Kemudian, dalam memulai sebuah usaha harus direncanakan dulu secara matang. Dalam sebuah usaha, ada tiga komponen yang harus diperhatikan, yakni faktor finansial 20 persen, faktor produksi 20 persen, dan marketing 60 persen. Segi marketing memang memegang peranan penting dalam sebuah usaha.

Kekuatan marketing itu memang sangat luar biasa. Makanya, sebagus apa pun produk tapi jika tidak diimbangi dengan marketing yang bagus, tentu tidak akan jalan. Salah satu contoh, cokelat terbaik di dunia berasal dari Belgia. Padahal, Belgia hanya proses pengolahannya saja, sebab di sana tak ada pohon cokelat. Cokelatnya sendiri sebenarnya barasal dari Kalimantan, lho.
SUMBER: tabloidnova.com


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar