BAB I PENDAHULUAN
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan
adalah senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan
ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk
memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa
simpan, dan bukan merupakan bahan utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan
adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan
secara sengaja pada proses pengolahan
makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak. Penggunaan
bahan tambahan pangan bagi para produsen harus mematuhi Peraturan Pemerintah
nomor 28 tahun 2004 pasal 9, yakni setiap orang yang memproduksi makanan untuk
diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun yang dinyatakan terlarang sebagai
bahan tambahan pangan, dan menggunakan
bahan tambahan pangan wajib yang diizinkan. Penggunaan bahan tambahan
atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya
penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang
lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan
tambahan/zat aditif ke makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk
meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Bahan
tambahan tersebut diantaranya pewarna,
penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet, pemanis, dan pengental.
Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan
yang melebih kadar yang ditentukan dinas kesehatan. Kurangnya perhatian
terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan
kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya
proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan tambahan makanan yang berbahaya jika berlebihan digunakan.
Salah satu bahan tambahan adalah perisa makanan yang sering digunakan untuk menguatkan rasa makanan. Sebagai contoh biskuit rasa buah-buahan selalu menggunakan perisa makanan ini agar lebih terasa sensasi rasa buahnya. Perisa makanan ini memberikan sensasi aroma dan flavor tersendiri di tiap-tiap jenisnya. Aroma adalah sensasi yang diterima rongga hidung terhadap bau-bauan yang harum dan dapat juga digunakan sebagai pewangi pangan, sedangkan flavor merupakan keseluruhan sensasi yang diterima oleh tubuh ketika pangan dikonsumsi, utamanya dalam bentuk rasa dan aroma.
BAB II PEMBAHASAN
Suatu senyawa yang disebut dengan senyawa perisa ( flavor)
merupakan senyawa yang berperan sangat penting pada aroma suatu makanan.
Flavor merupakan persepsi yang dihasilkan dari
beberapa komponen yang merupakan gabungan dari rasa dan bau.
Flavor juga didefinisikan sebagai semua sensasi yang
dihasilkan oleh atribut rasa, tekstur, dan aroma di dalam mulut. Aroma yang
terdeteksi merupakan komponen volatil (komponen yang mudah menguap) dari suatu
produk yang memasuki rongga hidung dan diterima oleh indra penciuman. Beberapa
senyawa flavor dibuat oleh seorang ahli yang disebut flavorist dan pada
akhirnya senyawa flavor tersebut dapat diaplikasikan pada berbagai produk pangan.
Flavor biasanya
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan, baik untuk makanan atau
minuman. Namun flavor juga dapat digunakan pada obat-obatan.
Food and Drug
Administration
(FDA) mendefinisikan
flavoring agents dan adjuvat sebagai suatu zat yang ditambahkan untuk
memberikan atau membantu memberikan rasa atau aroma pada obat-obatan.
FDA mengidentifikasikan flavoring enhancer sebagai suatu zat yang ditambahkan untuk melengkapi, meningkatkan, atau memodifikasi rasa atau aroma pada makanan, tanpa memberikan karakteristik rasa atau aromanya sendiri.
FDA mengidentifikasikan flavoring enhancer sebagai suatu zat yang ditambahkan untuk melengkapi, meningkatkan, atau memodifikasi rasa atau aroma pada makanan, tanpa memberikan karakteristik rasa atau aromanya sendiri.
Flavordigunakan untuk
memberi rasa atau meningkatkan rasa, dan aroma yang serasi dengan rasa.
Flavor dalam hal ini
harus mempunyai keserasian antara rasa dengan aroma, misalnya rasa asam manis
dapat diberikan untuk aroma buah-buahan. Selain itu warna juga harus mengikuti
rasa dan aroma tersebut, sehingga rasa aroma dan warna merupakan kombinasi yang
serasi.
Flavor dapat
ditambahkan dalam bentuk padat ( spray dried flavor) atau dalam bentuk minyak
atau larutan (water soluble flavor). Dalam bentuk padat lebih mudah penangannya
dan secara umum lebih stabil daripada bentuk minyak. Minyak biasanya
ditambahkan pada tahap lubrikasi sebab minyak sensitif terhadap permukaan dan
bertenensi menguap ketika dipanaskan pada
pengeringan. Senyawa flavor (aroma dan citarasa) sangat penting dan
menentukan perkembangan industri makanan
dan minuman. Senyawa tersebut menentukan sifat organoleptik yang merupakan
salah satu atribut mutu makanan/minuman dan menentukan pasar produk tersebut.
Ada dua kelompok
flavor , yaitu
kelompok senyawaindigenus (indigenous flavor) dan kelompok senyawa yang sengaja
ditambahkan ke dalam produk makanan/minuman. Senyawa
flavor indigenus
berasal dari bahan baku makanan itu sendiri atau terbentuk di dalam makanan
selama proses pengolahan. Kelompok senyawa flavor yang kedua adalah senyawa
flavor yang sengaja ditambahkan untuk memperbaiki mutu sensoris(flavor)makanan
atau minuman tersebut. Senyawa flavor ini termasuk ke dalam bahan tambahan
makanan. Kelompok senyawa ini ada yang alami dan sintetis. Senyawa flavor
alami, sering juga disebut dengan
bio-flavor, merupakan senyawa yang dihasilkan dari ekstraksi
tanaman/hewan atau diproduksi secara mikrobiologis. Jenis flavor ini sering
diperdagangkan dalam bentuk crude flavor maupun pure flavor.
Flavor sintetis merupakan senyawa yang dibentuk
secara kimia. Senyawa flavor ini mempunyai sifat sensoris yang sama dengan senyawa
flavor alami. Perasa buatan dihasilkan dari bahan-bahan sintetis. Misalnya,
dari sintesis bahan- bahan kimia yang berasal dari turunan minyak bumi.
Bahan-bahan ini memiliki karakter seperti penyusun rasa tertentu. Misalnya
butil cinamaldehid yang memiliki rasa mirip dengan bunga (melati dan lili),
butil butirat yang memiliki rasa mirip buah-buahan pir dan nanas, dan
seterusnya. Atau berbagai asam amino yang bisa menyerupai rasa daging atau
ayam. Asam amino ini bisa disintesa dari
bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia tersebut merupakan bahan-bahan yang
menyusun komponen flavor. Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak
terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi perharinya. Untuk
zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan
sesuai Acceptable Daily
Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari
yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi
ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Bahan aditif (perisa
makanan) juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai takaran,
apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam
jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker,
kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan
bahan aditif makanan scara ketat dan juga melarang pengguanaan bahan aditif
makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya.
Pemerintah juga melakukan berbagai
penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:1. Perisa makanan ( flavors) merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang sering digunakan untuk menguatkan rasa makanan.
2.Penggunaan flavor terdiri dalam bentuk padatan ( spray dried flavor) dan dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble flavor). Namun dalam bentuk padat lebih mudah penangannya dan secara umum lebih stabil dari pada flavor dalam bentuk minyak.
3.Flavor terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah senyawa indigenus (indigenous flavor ) yang berasal dari bahan baku makanan itu sendiri atau terbentuk di dalam makanan selama proses pengolahan. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam produk makanan/minuman.
4.Senyawa flavor alami, sering juga disebut dengan bio-flavor, merupakan senyawa yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman/hewan atau diproduksi secara mikrobiologis. Sedangkan flavor sintetis merupakan senyawa yang dibentuk secara kimia.
5.Dampak negatif bahan aditif (perisa makanan) sintetik dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Diantaranya adalah kanker dan kerusakan ginjal
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar